
Terkait pemberlakukan tarif ATM Link, Ekonom Paul Sutaryono menyampaikan pembiasaan tarif yang dilaksanakan yakni hal yang wajar. Sebab, sebelum adanya ATM Link juga ada pemberlakukan tarif dan menghasilkan semua kembali menyerupai sebelum di saat ATM tersebut bangkit masing-masing (stand alone).
"Hal itu untuk memperbesar pendapatan bank yang di sekarang ini sedang mengalami perkembangan kredit negatif (kontraksi). Jangan lupa bahwa pengadaan mesin ATM itu memerlukan ongkos besar. Biaya itu disebut selaku ongkos investasi," kata Paul di saat dihubungi detikcom melalui aplikasi pesan singkat, Selasa (1/6/2021).
Baca Juga : sedot wc medan helvetia
Ia pun menyarankan penetapan tarif tersebut hendaknya ditangguhkan apalagi dulu mudah-mudahan implementasinya sanggup tersosialisasikan dengan baik. Selain itu, ia juga menyampaikan tarif yang dibebani janganlah terlalu tinggi, lantaran daya beli penduduk tengah anjlok lantaran pandemi.
"Supaya hemat, nasabah sanggup melakukan transaksi via ATM di bank penerbit ATM. Artinya, kalau memiliki (kartu) ATM BNI ya bertransaksi di (mesin-mesin) ATM BNI," tuturnya.
Sementara itu, Ekonom yang lain Ryan Kiryanto menyampaikan pembiasaan tarif ATM Link ialah kebijakan bank-bank Himbara yang tergabung di dalam ATM bareng berjulukan Link. Menurutnya hal itu mesti dihormati oleh setiap nasabah, alasannya yakni pastinya bank-bank Himbara sudah memikirkan segala faktor yang ada.
"Kebijakan ini mesti kita hormati lantaran pastinya dengan pertimbangan untuk menampilkan layanan yang lebih baik terhadap nasabahnya sebagaimana disampaikan secara terbuka oleh pejabat bank-bank tersebut," ungkap Ryan di saat dihubungi detikcom.
"Sebaliknya, nasabah juga mesti sanggup mengerti kebijakan bank-bank tersebut," tambahnya.
Baca Juga : sedot wc makassar kota makassar sulawesi selatan
Ia menyampaikan pengadaan ATM-ATM tersebut ialah investasi bagi bank sehingga diperlukan sanggup menampilkan timbal balik bagi investasi yang dilakukan. Oleh karenanya, opsi untuk memakai ATM Link kembali lagi terhadap opsi masing-masing nasabah.
"Mau tetap pakai ATM Link atau ATM non-Link yang mungkin saja biayanya sama atau bahkan lebih tinggi, silakan saja. Pilihan ada pada nasabah atau pelanggan bank," tuturnya.
Dia menyarankan apabila nasabah bank Himbara keberatan dengan tarif yang dikenakan, mereka sanggup memakai kanal-kanal perbankan elektronik menyerupai internet banking, mobile banking, atau phone banking.
Cara yang lain yang paling sederhana yakni dengan memakai ATM yang dimiliki oleh bank Penerbit ATM tersebut mudah-mudahan terhindar dari tarif yang diberlakukan.
"Jangan pakai ATM bank lain lantaran niscaya ada charge-nya. Sekali lagi, opsi ada pada selera dan literasi keuangan setiap nasabah. Makara soal tarif ATM Link ini tidak perlu dipolemikkan," imbuhnya.
Baca Juga : cara menghasilkan bitcoin gratis
Ryan juga mengutarakan rekening simpanan dengan kepraktisan ATM di sekarang ini diprioritaskan oleh para nasabahnya untuk bertransaksi. Jadi, para nasabah yang sensitif atau berkeberatan dengan pengenaan tarif setiap bertransaksi di ATM Link atau ATM bareng lainnya, semestinya beralih ke kepraktisan jalan masuk elektronik yang lain menyerupai i-banking, m-banking, atau digital banking.
"Apalagi tren ke depan yakni perbankan digital. Dengan jalan masuk elektronik atau digital ini juga sesuai dengan agenda ramah lingkungan sesuai spirit Paris Agreement, di mana setiap pelaku ekonomi dan industri jasa keuangan mesti mendukung agenda ramah lingkungan, sosial dan manajemen yang bagus (ESG) terkait duduk kasus climate change," katanya.
"Sekali lagi, opsi ada pada nasabah selaku pelanggan bank, bukan pada bank penyedia jasa perbankan," lanjutnya.
Sebelumnya, Himbara sepakat untuk menjadwalkan kembali implementasi pembiasaan ongkos transaksi cek saldo dan tarik tunai yang dilaksanakan di mesin - mesin ATM Merah Putih atau ATM dengan performa ATM Link. Dengan demikian, pembiasaan tarif yang pada mulanya akan diimplementasikan pada 1 Juni 2021 menjadi ditunda.
No comments:
Post a Comment